Bunda Karsiah, “Kasih Ibu Sepanjang Masa”

Raut kesedihan dan kekecewaan bercampur menjadi satu tatkala dia mengingat kembali tragedi itu. Terlalu dalam luka yang ditorehkan hingga sulit untuk disembuhkan. Inilah yang dirasakan oleh Karsiah selama lima belas tahun belakangan.

Sore itu langit tampak mendung, bersamaan dengan turunnya rintik-rintik hujan. Namun suasana itu tak lantas menyurutkan keinginan Karsiah untuk kembali kerumah. Dengan semangat, kaki mungilnya berjalan menyusuri  jalan besar dan kemudian masuk ke sebuah gang sempit yang padat dengan penghuni. Setelah kurang lebih lima belas menit berjalan, tibalah dia di sebuah rumah bercat kuning bertingkat satu.

Di dalam kamar berukuran tiga kali dua meter persegi, Karsiah yang biasa dipanggil ‘Bunda’ ini menetap. Dengan ukurannya yang terhitung kecil, kamar tersebut dipenuhi dengan berbagai barang. Mulai dari lemari, tempat tidur, televisi, dan pakaian-pakaian yang tergantung diluar lemari, membuat suasana kamar menjadi sesak. Tetapi disinilah bunda beristirahat, menghilangkan kepenatan selepas bekerja. Di salah satu bagian kamar, terpampang sebuah foto anak laki-laki berkacamata besar dengan senyum tersungging dari bibirnya. Foto itu sudah tampak sedikit usang, dilihat dari gaya anak tersebut jelas menunjukkan kesan oldies.

Dialah Hendriawan Sie, putra semata wayang bunda Karsiah yang telah tiada karena suatu peristiwa yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Peristiwa yang telah mengukir sejarah bagi bunda Karsiah dan bangsa Indonesia.

credit to: kabarkampus.com

credit to: kabarkampus.com

Continue reading